Wow Keren! Danau Toba Jadi Tuan Rumah Festival Drum Dunia

Tuesday, 10 September 2013

Tobing.or.id, Samosir - Memasuki hari keempat penyelenggaraan, Festival Danau Toba 2013 dimeriahkan dengan Lake Toba's World Drum Festival. Festival ini baru pertama kalinya digelar di dunia. Wow!

World Drum Festival digelar di Bukit Beta, Tuktuk, Samosir, Selasa (10/9/2013). Sekitar pukul 15.30, puluhan orang yang ikut festival ini mulai memainkan tetabuhan yang mereka bawa.

Orang-orang yang ikut memainkan gendang atau drum ini datang dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka datang dari Lombok, Sumatera Barat, Banyuwangi, Bali dan Bengkulu. Sementara itu dari kawasan Danau Toba diwakili oleh PARGONSI (Para Music Gendang Bermelodi).

Seperti namanya World Drum Festival, maestro gendang dari berbagai negara juga ikut datang ke Danau Toba. Afrika, Myanmar, Jepang, Singapura, Malaysia, Amerika dan China itulah tujuh negara yang berpartisipasi menggebuk gendang atau drum mereka untuk memeriahkan Festival Danau Toba.

Para peserta kompak memainkan drum mereka secara bersamaan saat festival dibuka. Sebelumnya, dua aktris Ratna Riantiarno dan Ine Febriyanti tampil di atas panggung membacakan puisi yang menceritakan tentang seni gendang di Tanah Batak.

Setelah itu, puluhan anak-anak berkaos biru tampak berlarian mengarah ke panggung. Mereka membawa tagading (gendang khas Batak) untuk diberikan pada perwakilan maestro gendang yang akan membuka Lake Toba's World Drum Festival.

Direktur Festival Budaya Festival Danau Toba Rizaldi Siagian menjelaskan alasan di balik penyelenggaraan Lake Toba's World Drum Festival 2013. Menyurutnya, tradisi drum chime atau drum melodi hanya ada di tiga negara yaitu Uganda (Afrika Timur), Myanmar, dan Indonesia (Batak).

Yang menarik, di kawasan Danau Toba ada banyak jenis drum melodi ini. Tradisi menggebuk drum melodi ini dilestarikan oleh lima sub-etnik di Batak yaitu Toba, Simalungun, Pakpak, Karo dan Mandailing.

Sayangnya tradisi drum melodi ini tidak banyak lagi digunakan di masyarakat Batak. Pada akhir abad 20, keberadaan taganing (nama drum melodi asal Batak) dianggap sebagai tradisi haram. Hal itu karena alat musik tersebut digunakan pada upacara-upacara terkait kepercayaan alis dan status pemimpin spiritualnya yang sering dituduh dukun.

"Atas dasar keunikan dan pentingnya tradisi ini, maka gagasan untuk menyelenggarakan Lake Toba's World Drum Festival menjadi masuk akal dan sangat layak dilakukan di kawasan Danau Toba," ujar Rizaldi. Pengamat budaya ini berharap Danau Toba bisa jadi tuan rumah bagi tradisi gendang dunia.

Lake Toba's World Drum Festival digelar hingga Sabtu (14/9/2013. Pada penyelenggaraan hari pertama, acara ini diwarnai guyuran hujan. Ratusan penonton langsung berlarian ke tenda yang ada di sekitar panggung utama. Mereka tetap menikmati permainan maestro gendang meskipun hujan terus mengguyur hingga acara berakhir menjelang pukul 18.00 WIB