Kejarlah Kebahagiaan

Wednesday, 25 September 2013

Tobing.or.id, Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. (1 Tim. 6:11)

Lirik sebuah lagu sekolah Minggu berbunyi: Apa yang dicari orang uang, apa yang dicari orang uang, apa yang dicari orang, siang malam pagi petang, uang, uang, uang, bukan Tuhan Yesus. Lalu dalam nas ini kita diperhadapkan dengan istilah manusia Allah. Manusia Allah menunjuk kepada seseorang yang bertugas menyampaikan firman Allah kepada halayak umum, dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan Allah terhadap orang yang melalaikan atau menentangnya. Dengan melihat hal ini kita diperhadapkan kepada manusia yang hanya mencari uang dan kepada manusia Allah yang melakukan kehendak Allah. Orang muda saat ini cenderung mencari kemapanan hidup. Dengan pencarian akan kemapanan hidup membuat sebagian orang tidak memberi hati untuk mencari Tuhan. Sebagaimana lirik lagu di atas setiap saat adalah mencari uang agar memperoleh kemapanan hidup. Terlebih saat ini status sosial seseorang sepertinya ditentukan oleh apa yang ada padanya.

Timotius sebagai orang yang masih muda, barang kali juga mencari kemapanan hidup. Oleh sebab itulah Rasul Paulus menuliskan sebuah surat kepada Timotius untuk membuat suatu prioritas dalam hidupnya yaitu mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelemah lembutan. Rasul Paulus meminta Timotius untuk meninggalkan: keinginan menjadi kaya, memandang ibadah sebagai sumber keuntungan (barangkali yang dimaksud dengan keuntungan disini akan menjadikan seseorang menjadi kaya) sehingga Rasul Paulus memberi makna ibadah menjadi keuntungan jika disertai rasa cukup (ay6), berbagai-bagai nafsu hampa yang mencelakakan. Cara pikir ibadah sebagai sumber keuntungan untuk menjadi kaya sudah ada sejak dahulu kala. Pamahaman seperti ini akan menggeser akan makna keberimanan kepada Yesus Kristus yang hanya mencari kekayaan di dunia ini.

Bagi Rasul Paulus yang utama adalah bertanding dalam iman yang benar dan merebut hidup yang kekal. Rasul Paulus memberikan tiket untuk hidup yang kekal. Butir butir yang diterapkan manusia Allah dalam hidupnya itu akan mendatangkan hidup yang bahagia. Bukankah kebahagiaan yang dicari oleh setiap orang? jika seseorang bertindak adil bukankah dia telah membuat orang lain bahagia. Dengan kebahagiaan seseorang bukankah kita turut di dalam kebahagiaan tersebut? Saat kita beribadah mensyukuri hidup dengan mencukupkan apa yang ada ini akan menjadi keuntungan yang besar (psl 6:6). Demikian juga saat ada kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelemahlembutan di dalam sebuah keluarga, bukankah itu adalah suatu kebahagiaan yang tak ternilai harganya? Kebahagiaan keluarga tidak diukur dari seberapa banyak hartanya tetapi adakah kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelemah lembutan di dalam keluarga tersebut?

Kita patut bersyukur kepada Bapa Sorgawi atas kasihNya yang menuntun kita untuk hidup mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Mampukankita untuk melakukan itu semua Amin

Bersyukurlah karena kasih Allah,
sebab itu membuat segalanya menjadi indah.


StMcDoT