Kelamin Kadal Berubah Karena Pemanasan Global

Monday, 23 April 2007

Tobing.or.id, Jantan atau betina memang rahasia ilahi, namun pemanasan global yang menyebabkan suhu lingkungan naik diprediksi dapat menyebabkan kadal-kadal jantan berganti kelamin. Menjelang menetas, anak-anak kadal yang secara genetik jantan cenderung tumbuh dengan organ kelamin betina.

Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Science edisi 20 April menyebutkan temperatur yang ekstrim dapat mematikan fungsi gen kelamin jantan pada kromosom kadal. Akibatnya embrio yang seharusnya berkembang menjadi jantan akan berubah menjadi betina. "Kadal yang mengalami perubahan ini terlihat seperti betina dan memiliki organ kelamin betina namun secara genetik mereka jantan," ujar penelitinya Alexander Quinn dari Universitas Canberra, Australia.

Pada penelitian tersebut, Quinn mempelajari spesies kadal naga berjanggut Pogona vitticeps yang hidup di Australia. Kadal jenis ini diketahui memiliki kromosom yang mengatur jenis kelamin. Seperi halnya manusia, kromosom kelamin kadal naga diberi kode ganda, ZW untuk betina dan ZZ untuk jantan. Yang membedakannya dengan manusia, kromosom betina menjadi penentu jenis kelamin keturunannya.

Quinn dan para peneliti kolaganya dari Universitas Nasional Australia menetaskan telur-telur kadal naga pada temperatur konstan antara 20 hingga 37 derajat Celcius. Pada kondisi ideal, antara 22 hingga 32 derajat Celcius, embrio yang menetas menjadi jantan setara dengan betina. Namun, saat suhu penetasan antara 34 hingga 37 derajat Celcius, ternyata rasio kadal betina jauh lebih besar daripada jantan.

Para peneliti kemudian memeriksa sifat fisik kadal-kadal muda yang baru menetas terutama organ seksnya untuk menentukan jantan atau betina secara fenotip (gambaran fisik). Selain itu, mereka juga menganalisis DNA masing-masing anak kadal untuk menentukan ada tidaknya kromosom W di tubuhnya.

Hampir 100 persen telur yang ditetaskan pada temperatur normal menghasilkan anak kadal yang gen dan fenotipnya sesuai. Namun, pada suhu ekstrim hanya setengah yang cocok, sehingga yang seharusnya jantan memiliki penampilan betina. Hal tersebut menunjukkan bahwa temperatur mempengaruhi jenis kelamin kadal.

"Temperatur tinggi selama masa perkembangan embrio mencegah DNA jantan menghasilkan testis," ujar Quinn berhipotesis. Sebaliknya, secara default lebih mudah bagi embrio kadal untuk membentuk ovarium (kantung sel telur) di tubuhnya. Ia memprediksi ada gen yang mengatur perkembangan sel kelamin jantan pada kromosom Z. Protein yang menyusun gen ini mungkin sensitif terhadap perubahan temperatur.

Temuan ini menggarisbawahi risiko yang harus dihadapi hampir seluruh spesies reptil jika tren pemanasan global tak dapat dihentikan. Sejak lama para ilmuwan telah risau dengan kelangsungan hidup sejumlah reptil yang pembentukan jenis kelaminnya memang tidak diatur kromosom kelamin namun hanya tergantung temperatur saat penetasan, seperti aligator atau kura-kura. Tapi, kini, lebih banyak reptil yang terancam pemanasan global.